Rabu, 07 November 2012


Kondisi Budaya masyarakat “badui dalam” kaitannya dengan lingkungan alam Dan Budaya

Dalam menjalani kehidupan sehari-harinya masyarakat badui selalu berpegang teguh pada kebudayaaan yang diwariskan oleh leluhur mereka. Dimana kebudayaan sendiri yang didalamnya terdapat 7 unsur budaya yaitu meliputi teknologi, mata pencaharian, agama dan kepercayaan, ilmu pengetahuan, organisasi sosial, kesenian, bahasa. Telah digunakan sebagai pedoman hidup yang mempunyai kaitan dengan upaya melestarikan lingkungan.Cerminan kebudayaan masyarakat badui yang berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan terlihat dari hal-hal berikut :
  1.                Pengelolaan Hutan

    Dalam kehidupan sehari-harinya masyarakat badui berpandangan bahwa hutan merupakan sumber kehidupan mereka, karena di dalam hutan terdapat sumber air, sumber bahan pangan, sumber obat-obatan, dan kebutuhan lainnya. Sehingga masyarakat badui sangat menjaga keberadaan hutan dengan cara tidak menebang pohon secara sembarangan dan tidak boleh memasuki hutan larangan tanpa seizin dari ketua kampung (Puun). Pohon yang mempunyai buah hanya diambil buahnya saja dan hanya boleh mengambil ranting-ranting yang sudah jatuh untuk kayu bakar. Ketika akan melakukan penebangan pohon dihutan maka sebelumnya diadakan musyawarah terlebih dahulu, seperti pembuatan rumah, jembatan, dan juga pembukaan ladang. Masyarakat badui percaya bahwa hutan merupakan tempat kediaman hewan buas sehingga keberadaan hutan tetap dijaga agar hewan-hewan buas tidak menyerang perkampungan. Ketika terjadi suatu pelanggaran naka sangsi terberatnya adalah diasingkan selama 40 hari di pengasingan (ciluluk).
2. Pengelolaan air dan sungai
Seperti yang telah di uraikan di atas bahwa hutan merupakan sumber air maka selama hutan masih terjaga dengan baik maka sumber air juga akan terus baik. Di dalam menggunakan sumber daya air masyarakat Badui menggunakannya sebagai kebutuhan sehari-hari seperti untuk memasak, minum, mandi, mencuci, dan buang hajat. Banyak sungai dengan air yang jernih mengalir di kampung badui dalam. Mayarakat badui tidak mengenal adanya sumur. Sumber air meraka dapatkan dari  sungai dan mata air yang digunakan secara bersama-sama. Masyarakat badui dalam ( Kampung cibeo) yang di lalui sungai parahyang mempunyai pembagian dalam menggunakan air disungai tersebut. Untuk kebutuhan minum dan memasak mereka memanfaatkan air yang berada di sungai bagian atas, untuk keperluan mandi dan mencuci berada disungai yang lebih rendah, sedangkan untuk membuang hajat berada di sungai yang paling bawah. Hal ini bertujuan agar air yang digunakan untuk bersih-bersih dan di konsumsi merupakan air yang bersih. Selain itu disaat masyarakat badui menggunakan air untuk keperluan bersih-bersih meraka tidak menggunakan deterjen, sabun, sampo, pasta gigi atau zat kimia lainnya karena air sungai yang mengalir tersebut juga dimanfaatkan oleh kampung badui di daerah bawah dan ketika air sungai di atas tercemar bahan-bahan kimia maka masyarakat badui yang berada di bawah tidak bisa mengkonsumsi air sungai. Untuk itulah mereka selalu berpegang teguh pada peraturan tersebut dan sebagai gantinya untuk keperluan MCK mereka menggunakan bahan-bahan alami, seperti daun-daunan dan bunga


Jumat, 06 April 2012

Karakteristik Citra Aster

ASTER (Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer) adalah instrumen/sensor yang dipasang pada satelit Terra, yang diluncurkan pada Desember 1999, dimana ini merupakan bagian dari NASA's Earth Observing System (EOS) bekerja sama dengan Jepang. ASTER digunakan untuk pemetaan land surface temperature, emissivity, reflectance dan elevation.

ASTER digunakan untuk pemetaan land surface temperature, emissivity, reflectance dan elevation. ASTER terdiri dari tiga subsystems: VNIR, SWIR, TIR. 3 channels di visible dan near IR dengan resolusi spasial 15 m. SWIR-mempunyai 6 channels dalam shortwave IR dengan resolusi spasial 30m. TIR-mempunyai 5 channels dalam thermal IR dengan resolusi spasial 90 m. Lebar liputan 60km. Orbit: 705 km altitude, polar .Orbit period: 98.88 minute.

ASTER
bands

Spektrum
(mikrometer)

1 (VNIR)

0.520 - 0.600

2 (VNIR)

0.630 - 0.690

3 (VNIR)

0.760 - 0.860

4 (SWIR)

1.600 - 1.700

5 (SWIR)

2.145 - 2.185

6 (SWIR)

2.185 - 2.225

7 (SWIR)

2.235 - 2.285

8 (SWIR)

2.295 - 2.365

9 (SWIR)

2.360 - 2.430

10 (TIR)

8.125 - 8.475

11 (TIR)

8.475 - 8.825

12 (TIR)

8.925 - 9.275

13 (TIR)

10.25 - 10.95

Kamis, 05 April 2012

Karakteristik Citra Satelit Landsat

Landsat 7 adalah satelit terakhir dari seri satelit Landsat. Pertama kali diluncurkan pada tahun 1972 dengan dua sensor pengindera yaitu return beam vidicon (RBV) dan Multispectral Scanner (MSS) dengan resolusi spasial 80 m. Landsat 2 and 3, diluncurkan pada tahun 1975 dan 1978. Pada tahun 1984, Landsat 4 diluncurkan dengan membawa sensor MSS dan sensor baru yang dinamakan Thematic Mapper (TM). Sensor baru ini mempunyai resolusi spasial 30 meter dan terdapat 3 saluran baru didalamnya. Landsat 5, merupakan duplkat dari Landsat 4, yang diluncurkan tahun 1984. Landsat 6, membawa sensor pankromatik dengan resolusi spasial 15 meter, yang diluncurkan pada tahun 1993. Yang terkahir adalah Landsat 7 diluncurkan pada tahun 1998.
Landsat-7 ETM+ resolusi spasial 30 x 30 m, resolusi temporalnya 1 hari per 18 hari maksudnya adalah pada daerah yang sama dilalui setiap 18 hari sekali, Landsat-7 TM resolusi radiometriknya 8 bit. The orbit of Landsat 7 is repetitive, circular, Sun-synchronous,dan dekat kutub,ketinggiannya 705 km (438 miles) di Equator. Satelit tegak lurus Equator dari utara ke selatan, merekam pada waktu lokal sekitar jam 10:00 Mengitari bumi dengan kecepatan 7.5 km/detik, sekali mengorbit membutuhkan waktu sekitar 99 menit. Satelit mengorbit sebanyak 14 kali sehari, dan membutuhkan 16 hari untuk meliput seluruh bumi.