Kondisi Budaya
masyarakat “badui dalam” kaitannya dengan lingkungan alam Dan Budaya
Dalam menjalani kehidupan
sehari-harinya masyarakat badui selalu berpegang teguh pada kebudayaaan yang
diwariskan oleh leluhur mereka. Dimana kebudayaan sendiri yang didalamnya
terdapat 7 unsur budaya yaitu meliputi teknologi, mata pencaharian, agama dan
kepercayaan, ilmu pengetahuan, organisasi sosial, kesenian, bahasa. Telah
digunakan sebagai pedoman hidup yang mempunyai kaitan dengan upaya melestarikan
lingkungan. Cerminan kebudayaan masyarakat
badui yang berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan terlihat dari hal-hal
berikut :
- Pengelolaan Hutan
Dalam kehidupan
sehari-harinya masyarakat badui berpandangan bahwa hutan merupakan sumber
kehidupan mereka, karena di dalam hutan terdapat sumber air, sumber bahan
pangan, sumber obat-obatan, dan kebutuhan lainnya. Sehingga masyarakat badui
sangat menjaga keberadaan hutan dengan cara tidak menebang pohon secara
sembarangan dan tidak boleh memasuki hutan larangan tanpa seizin dari ketua
kampung (Puun). Pohon yang mempunyai buah hanya diambil buahnya saja dan hanya
boleh mengambil ranting-ranting yang sudah jatuh untuk kayu bakar. Ketika akan
melakukan penebangan pohon dihutan maka sebelumnya diadakan musyawarah terlebih
dahulu, seperti pembuatan rumah, jembatan, dan juga pembukaan ladang.
Masyarakat badui percaya bahwa hutan merupakan tempat kediaman hewan buas
sehingga keberadaan hutan tetap dijaga agar hewan-hewan buas tidak menyerang
perkampungan. Ketika terjadi suatu pelanggaran naka sangsi terberatnya adalah
diasingkan selama 40 hari di pengasingan (ciluluk).
2. Pengelolaan air dan sungai
Seperti yang telah di
uraikan di atas bahwa hutan merupakan sumber air maka selama hutan masih
terjaga dengan baik maka sumber air juga akan terus baik. Di dalam menggunakan
sumber daya air masyarakat Badui menggunakannya sebagai kebutuhan sehari-hari
seperti untuk memasak, minum, mandi, mencuci, dan buang hajat. Banyak sungai
dengan air yang jernih mengalir di kampung badui dalam. Mayarakat badui tidak
mengenal adanya sumur. Sumber air meraka dapatkan dari sungai dan mata air yang digunakan secara
bersama-sama. Masyarakat badui dalam ( Kampung cibeo) yang di lalui sungai
parahyang mempunyai pembagian dalam menggunakan air disungai tersebut. Untuk
kebutuhan minum dan memasak mereka memanfaatkan air yang berada di sungai
bagian atas, untuk keperluan mandi dan mencuci berada disungai yang lebih
rendah, sedangkan untuk membuang hajat berada di sungai yang paling bawah. Hal
ini bertujuan agar air yang digunakan untuk bersih-bersih dan di konsumsi
merupakan air yang bersih. Selain itu disaat masyarakat badui menggunakan air
untuk keperluan bersih-bersih meraka tidak menggunakan deterjen, sabun, sampo,
pasta gigi atau zat kimia lainnya karena air sungai yang mengalir tersebut juga
dimanfaatkan oleh kampung badui di daerah bawah dan ketika air sungai di atas
tercemar bahan-bahan kimia maka masyarakat badui yang berada di bawah tidak
bisa mengkonsumsi air sungai. Untuk itulah mereka selalu berpegang teguh pada
peraturan tersebut dan sebagai gantinya untuk keperluan MCK mereka menggunakan
bahan-bahan alami, seperti daun-daunan dan bunga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar